Pages

Spesific Learning Difficulties

Minggu, 26 Maret 2017

Saya ingin mengulas sedikit tentang acara CENDEKIA yang pagi tadi disiarkan oleh MetroTV dengan tema “Sekolah untuk Si Abu-Abu”. Acara tersebut membahas tentang Sekolah Dasar Pantara, dimana sekolah ini khusus mendidik anak-anak yang memiliki kesulitan belajar spesifik (spesific learning difficulties).

Anak-anak tersebut memiliki kendala dalam hal membaca / disleksia, menulis / disgrafia, berhitung / diskalkulia, berbahasa / disfasia, sulit berkonsentrasi / Attention Deficit Disorder (ADD), hiperaktif / Attention Hyperactivity Disorder (ADHD).

Saya tertarik dengan tema pagi tadi sebab saya pernah beberapa kali bertemu dengan orang-orang yang mengalami kesulitan tersebut. Saya melihat secara nyata orang-orang dengan kesulitan semacam ini sulit diterima di masyarakat. Baik di lingkungan tempat tinggal, sekolah umum, atau bahkan keluarga mereka sendiri.

Dulu saya pernah memiliki tetangga. Saat itu kira-kira usianya sekitar 3 atau 5 tahun. Anak ini memiliki kesulitan dalam hal berbicara, kesulitan untuk merespon perkataan orang lain, hiperaktif, dan masih mengalami fase sering ‘ngeces / ngiler’. Dengan keadaan seperti itu banyak tetangga yang menggunjing perilaku anak tersebut.

Ada lagi cerita lain. Lagi-lagi saya memiliki tetangga dengan kesulitan berbicara. Masih dengan umur yang sama yaitu sekitar 3 atau 5 tahun. Berbeda dengan kasus sebelumnya, anak yang satu ini mampu untuk berbicara. Namun apa yang ia katakan tidak terdengar dengan jelas sehingga sulit untuk dipahami oleh orang lain. Selain itu anak ini juga hiperaktif dalam kesehariannya. Lagi-lagi seperti kasus awal, anak ini menjadi bahan perbincangan orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.

Selain itu, saya juga pernah bertemu dengan orang yang mengalami kesulitan berhitung dan berkonsentrasi. Dia adalah teman saya di bangku SMK.

Sebagai siswa dengan jurusan Teknik Gambar Bangunan, mau tidak mau kita pasti dihadapkan dengan angka dan berhitung. Sayangnya teman saya yang satu ini sulit untuk menyesuaikan diri. Kerap kali ia kesulitan menerima pelajaran dan menyelesaikan tugas, sehingga teman-teman saya menganggapnya bodoh.

Karena hal tersebut, ia sering mendapat bimbingan khusus dari Kepala Jurusan, wali kelas, dan guru-guru jurusan. Sampai pada suatu ketika dimana Kepala Jurusan, wali kelas, dan guru-guru jurusan menyarankannya untuk pindah ke sekolah lain. Pada akhirnya orangtua teman saya ini memutuskan untuk memindahkannya ke salah satu SMA swasta.

Dari beberapa hal yang sudah pernah saya lihat sendiri, sebagai orang awam saya juga berfikiran sama seperti yang lain. Beranggapan bahwa orang-orang semacam itu memiliki gangguan dalam perkembangannya.

Namun jika ditelaah lebih lanjut sesuai dengan fakta yang ada, banyak sekali dari kita yang memandang orang-orang dengan kesulitan semacam ini hanya sebelah mata. Kesalahan inilah yang sering terjadi di masyarakat. Mereka tidak berusaha membantu, namun mereka selalu saja menggunjing dan merendahkan.

Saat saya melihat acara CENDEKIA tadi pagi, saya merasa terpukau dengan sosok guru. Dalam beberapa cuplikan, ia tampak begitu sabar dan telaten mendidik anak-anak tersebut.

Saya mengutip sebuah kalimat yang diucapkan oleh guru tersebut (dari twitter @CendekiaMetroTV) :
“Semua anak itu unik. Kendala yang dialami anak di sekolah jangan jadikan itu suatu label, tapi jadikan itu motivasi kita bersama.”

Selayaknya kita yang hidup bersama dengan mereka juga mampu membantu mereka sebisa kita. Bukan menggunjing, merendahkan, dan membuat orang-orang dengan kesulitan semacam itu menjadi rendah diri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS