Pages

Introvert

Minggu, 19 Maret 2017

Saya menulis bukan karena keterpaksaan atau keharusan. Saya menulis karena alasan ingin dan menulis adalah hal yang menarik untuk dilakukan.

Sejujurnya, saya pikir --- hanya saja saya pikir, saya adalah salah satu manusia dengan kepribadian ambivert. Kepribadian ambivert ini berdiri di antara kepribadian ekstrovert dan introvert. Kepribadian ekstrovert sendiri dapat diartikan sebagai kepribadian yang mudah bergaul, mudah terbuka dengan hal-hal baru, dan periang. Kurang lebih seperti itu. Sedangkan kepribadian introvert memiliki sifat yang berlawanan jauh dengan kepribadian ekstrovert. Dimana orang dengan kepribadian ini cenderung lebih senang dengan ketenangan, senang menyendiri, dan sulit untuk membuka diri.

Sejauh ini saya merasakan dua kepribadian tersebut ada pada diri saya. Terkadang saya menjadi sosok ekstrovert. Dimana saya senang bergaul, terlalu banyak bicara “cerewet”, dan periang. Namun di sisi lain, saya bisa menjadi sosok introvert. Dimana saya senang menyendiri, menjauh dari khalayak, dan pendiam.

Biasanya orang yang baru mengenal saya akan menganggap saya sebagai orang “aneh”. Mengapa demikian?

Sebab suasana hati saya bisa berubah sewaktu-waktu. Bisa saja saat ini  saya menjadi periang, satu menit kemudian berubah menjadi sosok pendiam dan penyendiri. Keadaan itu sering terjadi tiba-tiba pada saya namun dengan suatu alasan yang pasti tentunya. Sehingga orang-orang yang sudah mengenal saya akan beranggapan bahwa saya “moody-an”. Bahkan ada seseorang yang berkata kepada saya bahwa sosok ambivert ini adalah sosok yang “labil” dengan patokan ia menilai saya. Kurang lebih saya sedikit setuju dengan anggapan bahwa sosok ambivert ini adalah sosok yang “labil” dengan sifat “moody” yang mereka miliki.

Namun saya tidak akan membahas lebih lanjut tentang sosok ambivert. Saya ingin membahas lebih banyak tentang sosok dengan kepribadian introvert. Walaupun saya memiliki kepribadian ambivert, namun setelah dirasa-rasa kepribadian introvert lebih dominan dengan saya.

Saya akan bercerita tentang betapa sulitnya menjalani hari-hari sebagai introvert. Saat kepribadian ini sedang mendominasi suasana hati, saya lebih banyak diam. Biasanya saya lebih suka untuk menyendiri dibandingkan harus bercampur dengan orang banyak, lebih memilih tidak melakukan kontak dengan orang lain, intinya saya menjadi sosok individualis.

Banyak orang yang sulit memahami sikap introvert. Mereka cenderung beranggapan bahwa sosok introvert ini adalah sosok yang acuh, terkesan cuek, dan dingin. Sebenarnya bukan keinginan sosok introvert bersikap demikian. Hanya saja seseorang yang memiliki kepribadian introvert memiliki kekhawatiran, ketakutan, dan kecemasan yang luar biasa untuk bersosialisasi dengan orang banyak terutama dengan orang yang baru mereka kenal.

Ketakutan itu bisa berupa kecemasan tidak diterimanya mereka dalam suatu lingkup sosial, ketakutan bila salah-salah kata, perasaan malu, dan masih banyak lagi. Saya bisa bercerita demikian sebab saya merasakan dan menjalaninya sendiri sebagai introvert.

Saya simpulkan bahwa seseorang dengan kepribadian introvert bisa saja memiliki tekanan batin yang luar biasa. Mereka merasa sendiri dan bahkan bisa saja merasa diasingkan. Semua manusia pasti membutuhkan orang lain bukan? Tidak mungkin manusia akan berdiri sendiri. Bagaimanapun, seperti apapun manusia pasti membutuhkan orang lain. Pasti.

Begitu pula dengan introvert. Sebenarnya mereka juga membutuhkan orang lain. Hanya saja mereka memiliki kekurangan dalam mengekspresikan perasaannya kepada selain dirinya sendiri dan orang yang benar-benar dekat dengan dirinya.

Sosok introvert ini juga membutuhkan perhatian, membutuhkan teman, membutuhkan tempat berbagi rasa baik suka maupun duka. Namun banyak di dunia ini yang kurang mampu merangkul sosok introvert untuk membuka kehidupan mereka, membuka sesuatu yang baru. Banyak orang terlalu terburu-buru dan menyama-ratakan sosok introvert dengan sosok ekstrovert.

Jika kalian pikir. Menjadi sosok introvert benar-benar menyedihkan bukan? Betapa sakitnya kehidupan mereka yang hanya berkutat pada kotak kosong hampa. Mereka memendam perasaannya sendiri --- suka, duka, bahagia, sengsara. Mereka hanya mampu memendamnya sendiri. Menyedihkan kan? Andai saja kalian bisa memahaminya.

Saya tahu. Ketika saya berdiri menjadi sosok introvert, kesulitan-kesulitan yang sudah saya jabarkan tadi akan mengiringi hari-hari saya. Saya tidak bisa mengutarakan perasaan saya, rasa bahagia, dan sedih saya. Saya hanya diam memandangi kehidupan yang tengah berjalan seraya bercerita dalam batin saya.

Karena itulah saya memilih menulisnya. Mencoba mengutarakan apa yang tengah bersemayam dalam hati dan pikiran saya.  Menuangkan segalanya lewat jari jemari saya. Sebab saya tahu, menyimpan perasaan seorang diri sangat menyiksa. Menulisnya adalah hal yang jauh lebih mudah dibanding harus mengutarakannya. Dengan begitu perasaan saya akan lebih baik setelahnya.

Mungkin kalian yang memiliki kepribadian introvert dapat melakukan hal yang sama. Mengutarakan perasaan kalian dengan menulis. Entah menulis di buku harian, atau menulis seperti yang saya lakukan saat ini. Kembali lagi, itu terserah kalian - itu keputusan kalian.

Bagaimanapun tak baik memendam perasaan sendiri. Utarakan semua semampu kalian. Jika mampu diucapkan, ucapkanlah. Jika mampu ditulis, tulislah. Atau kalian dapat menuangkan perasaan kalian dengan menggambar. Setidaknya buatlah perasaan kalian jauh lebih baik dari sebelumnya. Dengan cara yang positif tentunya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS